Ini tentang kota yang begitu menyenangkan buat gw dan mungkin semua orang yang pernah tinggal atau berkunjung padanya. Ya Jogjakarta, entah mengapa selalu ada aja kerinduan untuk datang lagi walau hanya semalam atau dua malam. Bahkan beribu malam pun rasanya betah disini. (karena gw bertahun-tahun juga tinggal di Jogja sebelumnya) 😍.
Tampak di sisi timur alkid bapak -bapak berkerumun membaca koran dinding. Ya aktivitas ini buat gw sangat menyenangkan berbagai komentar yang muncul dari berita koran yang disajikan. Dan selalu diupdate pergantian koran setiap hari. Koran dinding ini hampir ada setiap sudut Jogja, sampai sekarang dari semua kota yang disinggahi sepertinya hanya di Jogja yang ada.
Warung Pojok Condongcatur
Buat yang pengen kuliner sehat, tidak ada salahnya mencoba menu Warung Pojok di Jalan Kubus No.8 Condongcatur.
Banyak menu khas ketela yang tersedia seperti nasi ketela dan mie ketela dan menu sehat lainnya. Kedatangan ke warung pojok memang khusus menikmati mie ketela pelangi dengan pewarna alami, hijau dari daun bayam, hitam dari arang, merah dari cabe dan jingga dari wortel. Rasanya enak banget. Silakan dicoba...
Tak lupa membawa pulang camilan coklat dicampur daun pegagan yang juga sehat tanpa gula. Tersedia juga disana.
Cokelat Monggo
Cokelat ini buat gw adalah identitas Jogja banget, cokelat favorit meskipun harganya premium. Apabila dibandingkan dengan permen cokelat yang dijual bebas, tapi kenikmatan rasa cokelat yang bikin beda. Sedikit pahit, harum dan manis itulah cirinya. Varian dark chocolate, strawberry, white chocolate yang menjadi favorit, dan ada satu yang ingin dicoba varian mango melengkapi oleh-oleh saat pulang.
Cerita tentang Jogja ga ada habisnya, bagi kami yang jiwa dan hati nya terpaut dengan kota ini. Tak akan bosan untuk bercerita dan menjelajahi setiap sudut Jogja yang apa adanya.
Setelah ke Pangkalpinang dengan wisata pantai dan kuliner yang luar biasa. Kangen aja pengen pulang ke Jogja, jadilah 22 - 25 April 2017 sebagai jadwal untuk pulang ke kampung halaman kedua. Ga ada agenda khusus mau ke tempat wisata A atau B, karena udah dikunjungi sebelumnya. Walau obyek kekinian belum semua. Ya ke Jogja cuma buat refreshing, menghibur diri dengan suasana jawa yang kental dan menikmati kuliner lokal.
Bandara Halim Perdanakusumah
Perjalanan dimulai dari HLP, sebelumnya sampai bandara ini diantar sama grab dari cibubur. Wah awal juga ya sampainya masih 2 jam lagi jadwal keberangkatan. Jadi ngopi dulu di kopitiam dekat bandara. Kopi O enak ternyata walau porsinya dikit 😛. Penerbangan ini sebenarnya tidak delay, tapi karena ada antrian take off dan ketika sudah hampir sampai di Jogja ada antrian landing.Jadi yang harusnya 1 jam jadi sekitar 2,5 jam perjalanan.
Bandara Adisoetjipto Yogyakarta
Setelah mutar-mutar di udara akhirnya mendarat juga, ada perasaan senang ketika kaki melangkah di tanah ini . Ya begitu istimewa tempat ini, sehingga orang yang pernah tinggal akan selalu rindu untuk pulang. Gw menunaikan rasa rindu itu dengan langkah pasti. Keluar ke pintu kedatangan ada sambutan khas, para mas-mas menawarkan jasa sewa kendaraan dan taxi. Tapi gw tolak dengan halus, karena ini udah kunjungan yang ke sekian kali. Dan gw tau banget dengan apa harus menuju.
Saat selesai solat di mushola, wah seperti melihat sosok yang dikenal. Dia rupanya temen kuliah di S2 UGM, ya Bagus namanya. Si pinter yang kebetulan satu profesi tapi kami beda kantor. Semacam reuni singkat dan tak lupa foto sejenak. Kemudian Bagus melanjutkan perjalanan ke Lombok, kampung halamannya.
Menyusuri langkah ke jalan keluar bandara, melewati rel kereta yang membelah jalan akses bandara. Sampai di Jalan Solo, menekan tombol ojek online 😉. Tak lama ojek online datang, minta antar ke tujuan di Mantrigawen komplek kraton.
Mantrigawen
Saudara itu bukan hanya karena pertalian darah, tapi ada juga saudara karena pertalian hati. Di Jogja ini gw banyak mendapat saudara-saudara baru atas kedekatan secara profesi, pendidikan, pergaulan dan hobby. Ya Jogja sangat kekeluargaan, hangat dan bersahabat. Di Mantrigawen ini aku inap rumah saudaraku Mas Fahmi yang buka usaha kuliner sehingga dipastikan makanku tak kekurangan 😁. Dengan rumah tempo dulu membuat semua terasa kental kenyamanannya.
Suguhan menu nasi, tempe goreng,dan sop ayam komplit nikmat banget. Sesederhana ini terasa mewah. Dengan nuansa ruang makan tempo dulu serasa gw ada ditahun 60 an 😍.
Alun - Alun Kidul
Tempat ini ga pernah sepi selalu ramai dikunjungi, pagi, siang dan malam. Sepeda hias di malam hari akan mengitari jalanan membawa wisatawan yang ingin mengelilingi dua pohon ringin ditengah lapangan. Banyak juga yang menghadapi tantangan untuk melewati dua ringin tepat lurus. Itulah keseruan yang nyata di alkid saat malam.
Di saat pagi hari jadi ajang berolahraga, ada yang jogging, sekedar jalan kaki atau seperti gw memilih bersepeda keliling alun-alun kemudian singgah sejenak membeli sarapan pagi yang banyak tersedia.
Bandara Halim Perdanakusumah
Perjalanan dimulai dari HLP, sebelumnya sampai bandara ini diantar sama grab dari cibubur. Wah awal juga ya sampainya masih 2 jam lagi jadwal keberangkatan. Jadi ngopi dulu di kopitiam dekat bandara. Kopi O enak ternyata walau porsinya dikit 😛. Penerbangan ini sebenarnya tidak delay, tapi karena ada antrian take off dan ketika sudah hampir sampai di Jogja ada antrian landing.Jadi yang harusnya 1 jam jadi sekitar 2,5 jam perjalanan.
Bandara Adisoetjipto Yogyakarta
Setelah mutar-mutar di udara akhirnya mendarat juga, ada perasaan senang ketika kaki melangkah di tanah ini . Ya begitu istimewa tempat ini, sehingga orang yang pernah tinggal akan selalu rindu untuk pulang. Gw menunaikan rasa rindu itu dengan langkah pasti. Keluar ke pintu kedatangan ada sambutan khas, para mas-mas menawarkan jasa sewa kendaraan dan taxi. Tapi gw tolak dengan halus, karena ini udah kunjungan yang ke sekian kali. Dan gw tau banget dengan apa harus menuju.
Saat selesai solat di mushola, wah seperti melihat sosok yang dikenal. Dia rupanya temen kuliah di S2 UGM, ya Bagus namanya. Si pinter yang kebetulan satu profesi tapi kami beda kantor. Semacam reuni singkat dan tak lupa foto sejenak. Kemudian Bagus melanjutkan perjalanan ke Lombok, kampung halamannya.
Menyusuri langkah ke jalan keluar bandara, melewati rel kereta yang membelah jalan akses bandara. Sampai di Jalan Solo, menekan tombol ojek online 😉. Tak lama ojek online datang, minta antar ke tujuan di Mantrigawen komplek kraton.
Mantrigawen
Saudara itu bukan hanya karena pertalian darah, tapi ada juga saudara karena pertalian hati. Di Jogja ini gw banyak mendapat saudara-saudara baru atas kedekatan secara profesi, pendidikan, pergaulan dan hobby. Ya Jogja sangat kekeluargaan, hangat dan bersahabat. Di Mantrigawen ini aku inap rumah saudaraku Mas Fahmi yang buka usaha kuliner sehingga dipastikan makanku tak kekurangan 😁. Dengan rumah tempo dulu membuat semua terasa kental kenyamanannya.
Suguhan menu nasi, tempe goreng,dan sop ayam komplit nikmat banget. Sesederhana ini terasa mewah. Dengan nuansa ruang makan tempo dulu serasa gw ada ditahun 60 an 😍.
Alun - Alun Kidul
Tempat ini ga pernah sepi selalu ramai dikunjungi, pagi, siang dan malam. Sepeda hias di malam hari akan mengitari jalanan membawa wisatawan yang ingin mengelilingi dua pohon ringin ditengah lapangan. Banyak juga yang menghadapi tantangan untuk melewati dua ringin tepat lurus. Itulah keseruan yang nyata di alkid saat malam.
Di saat pagi hari jadi ajang berolahraga, ada yang jogging, sekedar jalan kaki atau seperti gw memilih bersepeda keliling alun-alun kemudian singgah sejenak membeli sarapan pagi yang banyak tersedia.
Tampak di sisi timur alkid bapak -bapak berkerumun membaca koran dinding. Ya aktivitas ini buat gw sangat menyenangkan berbagai komentar yang muncul dari berita koran yang disajikan. Dan selalu diupdate pergantian koran setiap hari. Koran dinding ini hampir ada setiap sudut Jogja, sampai sekarang dari semua kota yang disinggahi sepertinya hanya di Jogja yang ada.
Warung Pojok Condongcatur
Buat yang pengen kuliner sehat, tidak ada salahnya mencoba menu Warung Pojok di Jalan Kubus No.8 Condongcatur.
Banyak menu khas ketela yang tersedia seperti nasi ketela dan mie ketela dan menu sehat lainnya. Kedatangan ke warung pojok memang khusus menikmati mie ketela pelangi dengan pewarna alami, hijau dari daun bayam, hitam dari arang, merah dari cabe dan jingga dari wortel. Rasanya enak banget. Silakan dicoba...
Tak lupa membawa pulang camilan coklat dicampur daun pegagan yang juga sehat tanpa gula. Tersedia juga disana.
Cokelat Monggo
Cokelat ini buat gw adalah identitas Jogja banget, cokelat favorit meskipun harganya premium. Apabila dibandingkan dengan permen cokelat yang dijual bebas, tapi kenikmatan rasa cokelat yang bikin beda. Sedikit pahit, harum dan manis itulah cirinya. Varian dark chocolate, strawberry, white chocolate yang menjadi favorit, dan ada satu yang ingin dicoba varian mango melengkapi oleh-oleh saat pulang.
Cerita tentang Jogja ga ada habisnya, bagi kami yang jiwa dan hati nya terpaut dengan kota ini. Tak akan bosan untuk bercerita dan menjelajahi setiap sudut Jogja yang apa adanya.













Jadi pengen jln2 nih aduh kapan bisa kesitu yah klo dari Ternate jauh insyah allah ntar ke jkt langsung main kesana ahhhhhhh.......
BalasHapuswah di Ternate ya, ayo ke Jogja :)
Hapus