Langsung ke konten utama

Itinerary Spontan, Ramadhan ke Palembang

Di pertengahan bulan puasa kemarin mulai bingung, ga jalan-jalan di weekend kayaknya ga asik juga. Buat gw bulan puasa bukan halangan untuk traveling. Mungkin itinerary yang diatur jangan sampai padat dan bikin lelah. Akhirnya diputuskan untuk perjalanan singkat ke salah satu kota besar di Sumatera.


Well, akhirnya sabtu pagi sekitar pukul 6 pagi sudah berada di SHIA pesawat diperkirakan berangkat pukul 07.00 WIB, seperti biasa ada delay sebentar, ya mudahan cuma sebentar. Dan akhirnya boarding sesuai jadwal revisi tadi, dan lagi -lagi mesti antri take off ya jadi nunggu berapa menit lagi untuk terbang. Saat akan mendarat ke bandara tujuan karena alasan cuaca jadi putar - putar dulu di udara.



Akhirnya sekitar pukul  9 kurang 10 menit pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, ya tujuan kali ini jalan - jalan ke Palembang. Ada apa aja di Palembang selain pempek dan tekwan yang sudah terkenal itu.



Karena gw baru pertama kali ke Palembang, jadi keluar bandara langsung menuju halte Trans Musi semacam mass rapid bus, kalau di Jakarta ada Trans Jakarta atau di Jogja ada Trans Jogja. Ya seperti disampaikan di awal karena bulan puasa dan gw lagi puasa juga. Jadi jalan - jalannya sekitar Kota Palembang aja.  Naik lah Trans Musi mencari rute yang arah ke Ampera, dan harus ganti rute 2 kali pindah halte. Sehingga bayar mesti 2 kali 😄


Benteng Kuto Besak

Nah ketika kondektur berkata "Ampera..Ampera", gw pun turun. Langsung menuju kawasan Benteng Kuto Besak yang letaknya menghadap Sungai Musi. Harap maklum apabila saat menyusuri jalanan di kawasan sekitar Jembatan Ampera akan ditawari naik perahu, ditawari assesoris handphone, atau didatangi pengamen. Jika tidak ingin cukup senyum dan berkata tidak. Nah, sampailah akhirnya di Benteng Kuto Besak dulunya adalah bangunan kraton Kesultanan Palembang. berdasarkan info yang didapat benteng ini diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I. Sampai sekarang benteng ini tetap tegak berdiri. Sayangnya, kini bangunan benteng telah dialihfungsikan sebagai Kantor Kesehatan Kodam Sriwijaya. Sehingga wisatawan dan warga Palembang tidak bisa leluasa untuk masuk ke dalam area, hanya dapat menikmati di pekarangan luar saja.




Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Tepat bersebelahan dengan Benteng Kuto Besak, ada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Di museum ini kita bisa melihat benda-benda peninggalan Kesultanan Palembang, dari singsana, baju adat dan dokumentasi zaman kesultanan dulu


Sempat juga ketemu dengan adik-adik SMP yang lagi kunjungan ke museum, dikiranya gw dari Jakarta sebangsa seleb kali ya 😂 jadi pada minta difoto.


Aesan Gede

Aesan Gede adalah pakaian adat di Palembang, biasa dipakai untuk busana pengantin saat ini. Kalau gw lihat seperti baju dodot pada Suku Jawa, tapi pasti ada perbedaan karena untuk Aesan Gede ini menggunakan kombinasi warna merah  jambu dan kuning keemasan dari Songket Palembang. Tapi intinya Aesan Gede ini melambangkan kebesaran bangsawan Sriwijaya, dan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II juga dipamerkan contoh busana Aesan Gede.


Aesan Paksangko

Aesan Paksangko adalah pakaian adat di Palembang juga, tapi yang membedakan adalah untuk busana wanita menggunakan baju kurung dan busana pria menggunakan jubah. Kombinasi warna merah jambu dan kuning keemasan  dan dipadukan dengan Songket Palembang. Aesan Paksangko ini menggambarkan keagungan masyarakat Sumatera Selatan.



Monumen Perjuangan Rakyat (MONPERA)

MONPERA terletak tidak jauh dari Jembatan Ampera, monumen ini sebagai peringatan  perang 5 hari 5 malam di Palembang. Monumen yang dibangun sebagai simbol penghargaan kepada para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, berdiri kokoh dengan tinggi bangunan 17 meter, terdiri dari 8 lantai, dan memiliki 45 bidang.



Sungai Musi

Tidak lengkap rasanya kalau tidak menyusuri Sungai Musi, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Ojek perahu sudah dari tadi menawarkan jasa, umumnya mereka menawarkan jasa menuju ke Pulau Kamaro. Setelah tawar menawar harga ojek perahu naiklah saya ke perahu. Tidak hanya pesawat saja rupanya yang turbulensi, naik perahu juga turbulensi. Percikan air Sungai Musi kadang mengenai muka, karena kecepatan perahu ini laju sekali. Dari tengah sungai dapat melihat pabrik Semen Pusri dan kehidupan masyarakat Palembang sekitar sungai. Tentang kondisi air sungai, warnanya tampak keruh kecoklatan 😐.


Pulau Kamaro

Setelah kurang lebih 15 menit melintasi sungai dengan perahu, sampailah juga di Pulau Kamaro. Pulau Kamaro adalah delta kecil yang terbentuk di tengah Sungai Musi. Di pulai ini terdapat Pagoda 9 lantai dan vihara untuk ibadah umat Budha. Kurang lebih 1 jam istirahat di Pulau Kamaro akhirnya gw memutuskan pulang ke arah kota, karena ojek perahu yang ditumpangi masih menunggu untuk rute pulang.




Jembatan Ampera

Jembatan Ampera menjadi icon Kota Palembang, sebagai akses untuk menghubungkan daerah seberang ilir dan seberang ulu yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan Ampera dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, sampai sekarang masih berfungsi dan memegang peranan penting dalam perekonomian Palembang. Keunikan jembatan ini pada bagian tengah bisa dinaikkan dan diturunkan kembali untuk mempermudah kapal dengan lebar dan ketinggian tertentu untuk lewat. Namun kini fungsi naik dan turun bagian tengah jembatan sudah dihentikan, alasannya mengganggu arus lalu lintas diatasnya.



Pempek Candy Palembang

Pempek adalah makanan khas Palembang yang terkenal, hampir di seluruh Indonesia bisa ditemui. Namun tidak sah juga kalau tidak mencicipi langsung dari daerah asalnya. Akhirnya meluncurlah  ke Pempek Candy, tempat penjualan ini  sangat terkenal sehingga banyak cabang-cabangnya. Untuk oleh-oleh jarak jauh biasanya diselimuti pempek yang sudah matang tapi belum digoreng akan dilumuri tepung kanji dan sesampai di tempat  tujuan sebainya pempek simpan di freezer. Agar tahan lama.

Kembali ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II

Ketemu  lagi di Palembang, ketika arah mau pulang ke Jakarta. Ketemu dengan 2 orang teman yang baru datang di Palembang.Yang pertama ketemu dengan Nyai (teman SMP dan SMA)😃, kalau pernah baca tulisan gw sebelumnya saat berkunjung di Pangkalpinang dia salah satu guide disana 😁. Baru sampai juga dari Pangkalpinang karena ada tugas negara di Palembang



yang kedua ketemu Vivit adik tingkat saat kuliah S2 di Jogja dan kebetulan kami berdua satu profesi beda firma, Vivit ini asli Palembang dan baru tiba juga di Palembang katanya saat itu pulang dalam rangka menyiapkan pernikahan, rumahnya dekat banget dengan Bandara SMB II cuma karena ga cukup waktu, jadi ga sempat singgah ke rumahnya.



Akhirya itulah perjalanan singkat ke Palembang, spontan dan singkat. Banyak yang belum dikunjungi karena kondisi gw lagi puasa saat itu, jadi eman-eman tenaga. Mudah-mudahan berkunjung lagi ke Palembang pas Asian Games 2018 mungkin 😂. Aamiin, makasih ya udah baca kisahku, comment dunk 😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jamie & Friends: Kopi Tung Tau, Lempah Kuning, Otak Otak Ase, Kuliner Kh...

Bengkulu, Bumi Rafflesia yang penuh pesona

Tujuan ke Bengkulu awalnya  cuma ingin lihat secara langsung Bunga Rafflesia itupun kalau mekar dan mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno dan rumah Ibu Fatmawati. Gw pikir ga banyak hal yang bisa didatangi, dan ternyata dugaan itu salah besar. Bengkulu adalah kota sejarah dan ternyata banyak sekali  yang bisa dilihat. Yang terangkum dalam cerita ini mungkin hanya sebagian kecil yang bisa gw datangi dalam perjalanan singkat ini. Bandara Soekarno Hatta Diawali dari persiapan dini hari menuju SHIA. Pagi hari sekitar jam 6 udah sampai di Bandara Soekarno Hatta untuk menuju ke kota yang sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk dikunjungi. Mungkin juga orang lebih memilih ke wisata yang sudah terkenal seperti Bali, Jogja, Wakatobi atau Raja Ampat. Tapi gw percaya setiap tempat pasti ada keindahan dan keunikan. Sehingga ga ada salahnya mengunjungi kota ini. Sepertinya boarding ontime tetapi pesawat yang mau take off harus antri karena banyak pesawat yang juga mau t...